|
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A.
Kajian
Pustaka
1.
Hakikat
Puisi
a.
Pengertian
Puisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, puisi berarti ragam sastra yang bahasanya
terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Dalam bahasa
Inggris puisi disebut poetry yang
berarti puisi, poet berarti penyair, poem berarti syair, sajak.
Sedangkan puisi menurut
Kinayati Djojosuroto (2006: 9) adalah suatu sistem penulisan yang margin kanan
dan penggantian barisnya ditentukan secara internal oleh suatu mekanisme yang
terdapat dalam baris itu sendiri.
|
Dari pendapat para sastrawan
diatas dapat kita simpulkan bahwa puisi itu sebuah karya imajinatif yang
menjadi ungkapan hati/pikiran penulisnya dan bersifat artistik.
b.
Struktur Puisi
Richards (dalam Kinayati Djojosuroto, 2006: 15)
menyebutkan bahwa puisi terdiri atas dua bagian besar yakni struktur fisik dan
struktur batin puisi.
1)
Struktur
Fisik
(a)
Diksi
Menurut
Boulton (dalam Kinayati Djojosuroto, 2006: 16) diksi merupakan esensi penulisan
puisi. Ada pula yang menyebut diksi sebagai dasar bangunan puisi. Kata-kata
yang dipilih penyair sesuai dengan perassaan dan nada puisi.
(b)
Gaya
Bahasa
Tujuan
menciptakan gaya bahasa dalam puisi, antara lain (1) agar menghasilkan kesenangan
yang bersifat imajinatif, (2)agar menghasilkan makna tambahan, (3) agar dapat
menambah intensitas dan menambah konkrit sikap dan perasaan penyair dan (4)
agar makna yang diungkapkan lebih padat (Perine (dalam Kinayati Djojosuroto,
2006: 17)).
Macam
–macam gaya bahasa antara lain : (1) Metafora, (2) Simile, (3) Personifikasi,
(4) Metonimia, (5) Sinekdoks dan (6) Pencitraan.
(c)
Bunyi
Peranan
bunyi sangat penting ketika puisi dibaca. Menurut Boulton (dalam Kinayati
Djojosuroto, 2006: 22) pembahasan bunyi di dalam puisi menyangkut masalah rima,
ritma dan metrum. Rima berarti persamaan atau pengulangan bunyi, sedangkan
ritma berarti pertentangan bunyi yang berulang secara teratur yang membentuk
gelombang antar baris puisi. Metrum adalah variasi tekanan kata atau suku kata.
2)
Struktur
Batin
(a)
Tema
Tema adalah gagasan
pokok atau subject-master yang
dikemukakan oleh penyair (Herman J. Waluyo, 2008: 124).
Tema
puisi biasanya mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat hakiki, seperti:
cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedudukan, kesengsaraan hidup, keadilan
dan kebenaran, ketuhanan, kritik sosial, dan protes (Kinayati Djojosuroto,
2006: 24).
(b)
Nada
Nada
sering dikaitkan dengan suasana. Jika nada merupakan sikap penyair terhadap
pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu
atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca (Herman J.
Waluyo, 2008: 144).
(c)
Perasaan
Tarigan
(dalam Kinayati Djojosuroto, 2006: 26) mengemukakan bahwa dalam puisi
diungkapkan perasaan penyair. Puisi dapat mengungkapkan perasaan gembira,
sedih, terharu, takut, gelisah, rindu, penasaran, benci, cinta, dendam dan
sebagainya. Perasaan yang diungkapkan penyair bersifat total, artinya tidak
bersifat setengah-setengah.
(d)
Amanat
Amanat
yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema,
rasa, dan nada puisi itu. ... amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun,
dan juga berada di balik tema yang diungkapkan (Herman J. Waluyo, 2008: 151).
c.
Jenis-jenis Puisi
Menurut
zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama, puisi baru, dan puisi kontemporer
(Wikipedia). Uraiannya adalah sebagai berikut:
1) Puisi
Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain ; jumlah kata dalam
satu baris, umlah baris dalam satu bait, persajakan (rima), banyak suku kata
tiap baris, dan irama. Ciri-ciri puisi lama antara lain ;
(a) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama
pengarangnya, (b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan,
(c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah
suku kata maupun rima. Jenis- jenis puisi lama antara lain: (a) mantra,
(b) Pantun, (d) karmina, (e) seloka, (f) gurindam, (g) syair, dan (h)
talibun.
2) Puisi
Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Ciri-ciri
Puisi Baru: (a) Bentuknya rapi, simetris, (b) Mempunyai persajakan akhir (yang
teratur), (c) Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada
pola yang lain, (d) Sebagian besar puisi empat seuntai, (e) Tiap-tiap barisnya
atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis) dan (f) Tiap gatranya terdiri atas dua
kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata. Jenis-jenis
Puisi Baru Menurut isinya dibedakan atas: (a) Ode, (b)
epigram, (c) elegi, (d) satire,
dan (e) sonata.
3)
Puisi
Kontemporer
Kata
kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman
atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi
kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu
terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu
sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang
memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan
lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa,
irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi. Puisi kontemporer
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : (a) puisi mantra, (b) puisi mbeling, dan (c)
puisi konkret.
Penyusunan puisi kontemporer sebagai
puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai
berikut: (a) Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada
tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau
pengulangan-pengulangannya, (b) Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris
puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola)
tertentu, (c) Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi
untuk menuju baris berikutnya, (d) Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur
hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh
perenungan (kontemplatif).
2. Kemampuan Menulis Puisi di SD Kelas Tinggi
a.
Hakikat
Menulis
1)
Pengertian
Menulis
Menulis bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Buku,
koran, majalah, komik, cerita, artikel, karya tulis adalah contoh bentuk bahasa
tulis yang sering kita jumpai.
Berikut ini
adalah pandangan dari beberapa ahli tentang definisi menulis. Puji Santosa et al
(2011: 6.14) mengemukakan bahwa menulis merupakan kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. St. Y. Slamet (2008: 97), menulis
merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa
fase (tahap) yaitu fase pramenulis
(persiapan), penulisan (pengembangan
isi karangan), dan pascapenulisan
(telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). Henry Guntur Tarigan (2008: 3),
menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Yeti Mulyati,
dkk. (2005: 2.33), menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau gagasan dan
pesan dengan menggunakan lambang grafis (tulisan). Sedangakan H. G. Tarigan
(dalam St. Y. Slamet, 2008: 99) berpendapat bahwa menulis pada hakikatnya ialah
melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
seseorang untuk dibaca orang lain yang dapat memahami bahasa dan
lambang-lambang grafis tersebut.
Dari
definisi-definisi di atas dapat diketahui bahwa menulis adalah kegiatan
berkomunikasi secara tidak langsung (bertatap muka). Menulis dilakukan dengan
menggunakan lambang-lambang (bahasa tulis) tertentu. Menulis merupakan kegiatan
penyampaian gagasan atau pikiran dari penulis kepada pembaca agar pembaca dapat
memahaminya.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa menulis adalah rangkaian kegiatan berkomunikasi secara tidak
langsung dengan menggunakan lambang-lambang tertentu untuk menyampaikan gagasan
dari penulis agar pembaca dapat memahaminya.
2)
Unsur-unsur
Menulis
Menurut The Lian Gie (dalam St. Y. Slamet, 2008: 108)
terdapat empat unsur dalam proses menulis, yaitu:
1)
Gagasan
Dalam
hal ini, gagasan adalah topik atau tema yang akan dikemukakan oleh penulis.
2)
Tuturan
Tuturan
adalah bentuk pengungkapan gagasan sehingga gagasan itu dapat dipahami oleh
pembaca. Pengungkapan gagasan dapat dibedakan kedalam empat bentuk, yakni
sebagai berikut:
(a)
Pemaparan,
yaitu bentuk pengungkapan yang menyajikan penjelasan tentang suatu subjek
secara sistematis, analitis, dan logis sehingga pembaca memahaminya dan
bertambah pengetahuannya.
(b)
Pemerhatian,
yaitu bentuk pengungkapan yang menggambarkan suatu objek dengan
berbagai hasil pengamatan penulis yang diperolehnya melalui alat-alat
inderanya. Objek yang dimaksud adalah benda-benda seperti orang, tempat,
pemandangan, lagu merdu, bunga, sejenis hewan, tumbuhan, suasana, dan
sebagainya.
(c)
Penceritaan, yaitu bentuk
pengungkapan yang menyampaikan peristiwa-peristiwa yang dijalin sedemikian rupa
menurut urutan waktu atau tempat kepada pembaca dengan maksud meninggalkan
kesan tentang perubahan-perubahan sesuatu yang terjadi mulai dari awal hingga
akhir cerita.
(d)
Pembahasan, yaitu bentuk
pengungkapan yang membahas atau membicarakan sesuatu dengan menggunakan
fakta-fakta atau argumen-argumen sehingga pembaca meyakininya dan mengubah
pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan yang diharapkan penulis.
3)
Tuntunan
Merupakan
tata tertib atau pengaturan dan penyusunan gagasan yang biasanya dijadikan
pedoman oleh penulis.
4)
Wacana
Merupakan
sarana pengatur berupa bahasa tulis yang meliputi kosakata, tata bahasa, ejaan,
dan tanda baca.
3)
Tujuan
Menulis
Secara umum dapat dinyatakan bahwa menulis bertujuan
untuk mengungkapkan dan menyampaikan gagasan secara jelas dan efektif kepada
pembaca. Dalam hal ini, penulis mempunyai suatu topik yang hendak
dibicarakannya.
Henry
Guntur Tarigan (2008: 24-25) mengemukakan tujuan menulis sebagai berikut: (1) Tulisan
yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse), (2) Tulisan
yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse), (3) Tulisan yang
bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik
disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse), (4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan
emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).
b.
Tahapan
Menulis Puisi
Puisi
sebagai karya seni itu puitis. Karya sastra itu disebut puitis bila karya
tersebut dapat membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan
yang jelas, secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan disebut puitis
Rachmat Djoko Pradopo (1990: 13). Untuk mendapatkan kesan puitis inilah dalam
menciptakan sebuah puisi diperlukan tahapan-tahapan.
Sri
Murni dan Ambar Widianingtyas (2008: 106) menjelaskan langkah-langkah dalam
menulis puisi sebagai berikut: (1) Menentukan gagasan utama atau ide, misalnya
gagasan utama adalah sebuah suasana sawah di pagi hari. Pilihlah kata-kata di
seputar kata suasana, sawah, dan pagi hari. Selanjutnya rangkailah kata-kata
tersebut menjadi sebuah puisi, (2) Mengembangkan gagasan utama menjadi puisi
bebas, berdasarkan gagasan utama serta pilihan kata, selanjutnya kembangkan
menjadi sebuah puisi. Misalnya sebagai berikut:
PERMAINYA
DESAKU
Sawah mulai menguning
Sawah mulai menguning
Mentari
menyambut datangnya pagi
Ayam
berkokok bersahutan
Petani
bersiap hendak ke sawah.
Padi yang
hijau
Siap untuk
dipanen
Petani
bersuka ria
Beramai –
ramai memotong padi
Gemercik
air sungai
Begitu
beningnya
Bagaikan
zamrud khatulistiwa
Itulah alam
desaku yang permai
c.
Penilaian
Kemampuan Menulis Puisi
St.
Y. Slamet (2007: 209) menjelaskan bahwa ragam bentuk tes subjektif yang
digunakan untuk tes menulis sebagai berikut: (1) tes menulis berdasarkan
rangsangan visual, (2) tes menulis berdasarkan rangsangan suara, (3) tes
menulis dengan rangsangan buku, (4) tes menulis laporan, (5) tes menulis
berdasarkan tema tertentu, dan (6) tes menulis surat.
Kegiatan
menulis puisi sendiri dinilai menggunakan bentuk tes subjektif, dapat dilakukan
secara holistik atau per aspek. Penilaian secara holistik yaitu penilaian yang
dilakukan secara utuh tanpa melihat atau memilah bagian-bagiannya. Sedangkan
penilaian per aspek dilakukan dengan cara menilai bagian-bagian puisinya,
misalnya: pemilihan judul, struktur bahasanya, pemilihan diksi, penggunaan
ejaan, keterpaduan isi dengan judul. Hasil akhir penilaian merupakan gabungan
dari hasil penilaian per aspek.
No.
|
Aspek yang
Dinilai
|
Skor Maksimal
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Keterpaduan isi
dengan judul
Struktur bahasa
Pemilihan diksi
Penggunaan ejaan
Pemilihan judul
|
30
25
20
15
10
|
Jumlah
|
100
|
3.
Media
Pembelajaran
a.
Hakikat
Media Pembelajaran
1)
Pengertian
Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ”tengah”, ”perantara” atau
”pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan
(Azhar Arsyad, 2002: 3). Media juga dapat diartikan sebagai perantara atau
penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan
atau informasi. Oleh karena itu, media pembelajaran berarti sesuatu yang
mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan (Sri
Anitah, 2008: 1).
Menurut Gerlach & Ely (dalam Azhar Arsyad, 2002: 3)
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yangm membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, atau sikap. Sedangkan Gagne (dalam R. Angkowo dan A. Kosasih,
2007: 10) mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Dari berbagai definisi yang telah disebutkan diatas,
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu baik orang,
bahan, alat, peristiwa, atau lingkungan yang mampu menciptakan kondisi dimana
pebelajar mampu menerima pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Media
pembelajaran didalamnya mengandung berbagai informasi yang dapat
dikomunikasikan kepada orang lain.
2)
Fungsi
Media Pembelajaran
Azhar
Arsyad (2002: 15) mengemukakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan
lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pada awalnya media media hanya berfungsi sebagai alat
bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan
pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar,
memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih
sederhana, konkrit serta mudah dipahami. Dengan demikian media dapat berfungsi
media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi anak terhadap
materi pembelajaran (Asnawir dan Basyiruddin Usman, 2002: 21).
Levie
& Lentz (dalam Azhar Arsyad, 2002: 16) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi
afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
3)
Manfaat
Media Pembelajaran
Secara umum Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung
Haryono, Rahardjito (2011:
17) menjelaskan bahwa media pendidikan mempunyai manfaat sebagai berikut: (a)
memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, (b)
mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, (c) penggunaan media
secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, dan (d)
memberikan rangsangan serta pengalaman pada siswa.
Menurut Kemp dan Dayton dalam Sukiman (2012: 42)
mengemukakan bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran. Manfaat
dari penggunaan media sebagai bagian dari pengajaran di kelas adalah sebagai
berikut:
(a) penyampaian pelajaran menjadi
lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media
menerima pesan yang sama,
(b)pengajaran
bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan
membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan, (c) pembelajaran menjadi lebih
interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis
yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan, (d) lama
waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat untuk mengantarkan
pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya
dapat diserap oleh siswa. (e) kualitas hasil belajar dapat
ditingkatkan, (f) pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana
diinginkan, (g) sikap
positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar
dapat ditingkatkan dan (h) peran guru dapat berubah
kearah yang lebih positif, dalam proses belajar mengajar.
4)
Jenis-Jenis
Media Pembelajaran
a)
Media
Visual
Media
visual disebut juga media grafis, seperti halnya fungsi media secara umum, media
grafis juga berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan.
Penggunaan media ini sangat berkaitan erat dengan indera penglihatan karena
biasanya berupa gambar yang dapat diamati dengan cara dilihat.
Selain
sederhana dan mudah pembuatannya, media grafis termasuk media yang relatif
murah ditinjau dari segi biayanya. Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung
Haryono, Rahardjito (2011: 2)
mengemukakan bahwa secara khusus media grafis berfungsi untuk menarik
perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin
akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Menurut Yudhi Munadi (2008: 56) media visual adalah media
yang hanya melibatkan indera penglihatan. Termasuk dalam media ini adalah media
cetak-verbal, media cetak-grafis, dan media visul non-cetak.
Sri Anitah (2008: 7) menjelaskan bahwa media visual disebut
juga media pandang, karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui
penglihatannya. Media visual ini dibedakan menjadi dua bagian yakni media
visual yang diproyeksikan dan media visual yang tidak diproyeksikan.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa media visual adalah media yang dapat diamati melalui indera penglihatan
yang bermanfaat untuk mempertajam daya ingat siswa tentang materi yang
disampaikan. R. Angkowo dan A. Kosasih (2007: 13) menyebutkan media grafis ini
meliputi: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster,
peta/globe, papan panel, dan papan buletin.
b)
Media
Audio
Audio
berasal dari kata audible, yang
artinya suara yang dapat didengarkan secara wajar oleh manusia. Kemampuan
mendengar telinga manusia berada pada daerah frekuensi antara 20 sampai dengan
20.000 Hertz. Diluar itu, manusia tidak mampu lagi mendengarkannya (Daryanto,
2010: 37).
Media
audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu
memanipulasi kemampuan suara semata (Yudhi Munadi, 2008: 55).
R. Angkowo dan
A. Kosasih ( 2007: 13) menjelaskan bahwa media audio berkaitan dengan indera
pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang
auditif, baik verbal maupun nonverbal. Media audio meliputi radio, alat perekam
pita magnetik (tape recorder),
piringan hitam, dan laboratorium bahasa.
c)
Media
Audiovisual
Media
audio visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan dan pendengaran
sekaligus dalam satu proses (Yudhi Munadi, 2008: 56). Sifat pesan yang dapat
disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat
layaknya media visual, juga pesan verbal dan non verbal yang terdengar layaknya
media audio.
Media audio visual merupakan media
perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan
pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
4.
Media
Pembelajaran Lingkungan Alam Sekitar
a.
Pengertian
Media Lingkungan Alam Sekitar
Lingkungan
alam yaitu segala sesuatu yang ada di alam yang bermanfaat bagi manusia. Pada
suatu lingkungan terdapat dua komponen penting yaitu komponen biotik dan
abiotik. Komponen biotik mencakup seluruh makhluk hidup seperti manusia, hewan,
dan tumbuhan. Sedangkan komponen abiotik mencakup segala benda tak hidup yang
bermanfaat bagi makhluk hidup seperti tanah, air, udara, batuan, api dan lain
sebagainya.
Yudhi
Munadi (2008: 57) menyebutkan salah satu jenis media yaitu multimedia. Yang
termasuk dalam media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman
secara langsung bisa melalui komputer dan internet, bisa juga melalui
pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat. Yang dimaksud pengalaman berbuat
disini adalah lingkungan nyata dan karyawisata.
Berkaitan
dengan lingkungan sebagai media, Daryanto (2010: 29) menjelaskan tentang widya
wisata. Dijelaskan bahwa widya wisata adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan
melalui kunjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai bagian integral dari
seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Dalam
widya wisata ini guru menggunakan lingkungan sebagai media dalam proses belajar
mengajar. Kegiatan widya wisata tidak harus ke tempat-tempat wisata yang sulit
dijangkau serta membutuhkan biaya yang besar, bias saja menggunakan lingkungan
alam di sekitar sekolah yang nyaman dan indah seperti persawahan, taman, atau
kebun.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa media lingkungan alam sekitar adalah segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitar siswa baik yang hidup maupun tak hidup
dan dapat digunakan untuk membantu dalam proses belajar mengajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Dengan Media Lingkungan Alam Sekitar
Langkah–langkah
pemanfaatan media lingkungan alam ini adalah, guru terlebih dahulu menjelaskan
kepada siswa tentang pengertian puisi, unsur-unsur yang membangun puisi,
macam-macam puisi, contoh puisi, serta langkah-langkah dalam menulis puisi.
Setelah siswa benar-benar memahami seluk beluk puisi serta bagaimana cara
membuat atau menciptakan sebuah puisi, barulah guru memanfaatkan lingkungan
alam sekitar sebagai media untuk menulis puisi.
Setelah
memberikan pengertian dan penjelasan kepada siswa, guru mengajak siswa keluar
kelas dan berjalan-jalan dilingkungan sekitar sekolah. Guru meminta siswa untuk
mengamati sebuah obyek yang ada dilingkungan sekitar sekolah. Setelah siswa
menentukan obyek yang akan diamati, siswa menuliskan bagaimana ciri-ciri obyek
tersebut baik ciri-ciri fisik ataupun non fisik. Setelah siswa selesai membuat
catatan pengamatan, guru mengajak siswa kembali ke kelas.
Sesuai
dengan tahapan dalam menulis puisi yang telah dijelaskan diatas, di kelas guru
membimbing siswa untuk memilih judul yang sesuai dengan obyek yang diamati
sebelumnya. Setelah siswa menuliskan judul, misalnya “kupu-Kupu yang Cantik”
guru membimbing siswa untuk memilih kata-kata seputar judul yang ditulis.
Catatan yang dibuat siswa tentang ciri-ciri fisik dan non fisik juga sangat
membantu dalam pemilihan kata. Kemudian siswa mengembangkan pilihan kata
tersebut menjadi sebuah karya seni berupa puisi.
c.
Lingkungan
Alam Sekitar sebagai Media Pembelajaran Menulis Puisi
Puisi
telah menjadi bagian sejarah bangsa Indonesia sejak jaman dahulu. Lewat puisi
pula sejarah tentang Indonesia diabadikan oleh para sastrawan. Seperti yang
kita ketahui, tidak semua orang mampu menciptakan karya sastra yang didalamnya
termasuk puisi. Menulis puisi bukanlah pekerjaan yang mudah namun juga tidak
sulit. Tergantung bagaimana kita melalui proses dan tahapannya.
Selain
faktor genetik, menulis puisi juga dapat dipelajari. Belajar menulis atau
menciptakan sebuah puisi akan lebih baik bila dilakukan sejak dini. Disekolah,
menulis puisi juga telah dimasukkan dalam kurikulum. Disinilah peran guru harus
dimaksimalkan agar kemampuan siswa dalam menulis puisi benar-benar digali
secara maksimal. Untuk dapat mencapai hal tersebut, diperlukan media yang
sangat tepat agar siswa benar-benar termotivasi. Guru harus pandai mengemas
pembelajaran agar siswa benar-benar mampu menciptakan sebuah puisi yang
memiliki nilai estetika tinggi.
Mengingat
siswa SD sering merasa kesulitan untuk menuangkan pikirannya kedalam bentuk
tulisan, terutama puisi. Sudah menjadi tanggung jawab guru untuk membimbing dan
mengarahkan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Ternyata dalam praktiknya guru juga menemui kendala terutama dalam pemilihan
dan pemanfaatan media pembelajaran yang dapat membangkitkan imajinasi siswa.
Media
lingkungan alam sekitar sangat cocok digunakan dalam pembelajaran menulis puisi
untuk siswa sekolah dasar. Dengan mengamati objek secara langsung, siswa tidak
akan kesulitan untuk menggambarkannya dalam bentuk kata-kata. Bagi guru, media
lingkungan alam sekitar juga sangat mudah dalam pemanfaatannya karena tidak
perlu membuat atau mempersiapkan secara khusus. Media lingkungan alam sekitar
juga mampu membantu siswa untuk membuat puisi sesuai dengan kaidah pennulisan
puisi yang baik.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa media lingkungan alam sekitar dapat menjadi salah satu
alternatif media dalam pembelajaran menulis puisi karena mampu merangsang
kemampuan dan kreatifitas siswa dalam menciptakan sebuah karya seni berupa
puisi serta membantu guru dalam mencapai kompetensi belajar yang diharapkan.
B.
Kerangka
Berpikir
Media lingkungan alam sekitar adalah segala sesuatu
yang ada di lingkungan alam sekitar siswa serta dapat dimanfaatkan untuk
membantu dalam proses belajar mengajar. Lingkungan alam sekitar sangat mudah
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar karena tidak memerlukan persiapan
khusus. Media ini juga sangat mudah ditemukan karena setiap sekolah pasti memiliki
lingkungan yang berbeda-beda. Misalnya saja sekolah dilingkungan pedesaan tentu
sangat berbeda dengan lingkungan sekolah yang ada di perkotaan.
Media lingkungan alam sekitar memiliki potensi yang
sangat bagus untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat sebuah karya seni
terutama dalam membuat puisi. Lingkungan dengan berbagai komponen yang ada
didalamnya akan memberikan inspirasi yang maksimal serta lebih beragam sehingga
siswa tidak akan kebingungan dalam menentukan gagasan utama atau tema. Dengan
mengamati lingkungan yang nyata akan meminimalisir kebingungan siswa dalam
mengembangkan gagasan utama atau tema yang dipilih sehingga dapat memaksimalkan
kemampuannya dalam menuis puisi.
Dari pemikiran diatas dapat digambarkan kerangka
pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:
C.
Hipotesis
Penelitian
Menurut Suharsimi
Arikunto (2010: 110) hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, ”hypo” yang artinya ”dibawah” dan ”thesa” yang artinya ”kebenaran”.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan
uraian dan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut
:
: (tidak ada pengaruh pemanfaatan media
lingkungan alam sekitar terhadap kemampuan menulis puisi siswa
kelas V SDN Sareng 02, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun Tahun pelajaran
2012/2013)
: (ada pengaruh pemanfaatan media lingkungan
alam sekitar terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas V SDN
Sareng 02, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun Tahun pelajaran 2012/2013)
0 komentar:
Posting Komentar