|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jika orang awam mendengar istilah belajar, biasanya
pikiran mereka tertuju pada sekolah. Mereka beranggapan bahwa belajar hanya
terjadi di sekolah yang berhubungan dengan mata pelajaran. Belajar itu harus
ada guru dan buku. Namun pada hakikatnya belajar itu tidak terbatas oleh ruang
dan waktu. Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito (2011: 2) berpendapat bahwa ”belajar adalah suatu proses yang kompleks
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih
bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya”. Solchan T. W. Et
al (2009: 1.39) juga berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
siswa secara tetap melalui pengalaman, pengamatan, dan bahasa, yang
dilakukannya secara aktif. Hasil belajar atau perubahan tingkah laku itu
berkaitan dengan pengetahuan, sikap atau ketrampilan yang dibangun siswa
berdasarkan apa yang telah dipahami atau dikuasai sebelumnya.
1
|
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa lingkungan
memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar baik secara langsung
maupun tidak langsung. Belajar langsung artinya siswa mengamati dan
berinteraksi langsung dengan obyek yang ingin dipelajari, sedangkan belajar tak
langsung artinya siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber
belajar yang lain. Guru memang bukan satu-satunya sumber belajar, walaupun
tugas dan peranannya dalam proses belajar mengajar sangat penting. Arief et al
(2011: 3) mengemukakan ”kalau ditilik dari sejarah perkembangan profesi guru,
tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua karena tidak
mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap tertentu sesuai
dengan perkembangan zaman”. Masalah
pokok yang dihadapi mengenai belajar adalah bahwa proses belajar tidak dapat
diamati secara langsung dan kesulitan untuk menentukan kepada terjadinya
perubahan tingkah laku belajarnya. Kita hanya dapat mengamati terjadinya
perubahan tingkah laku tersebut setelah dilakukan penilain (Oemar Hamalik,
2003: 155).
Mata pelajaran bahasa Indonesia di SD/MI bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien
sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (2)
menghargai dan bangga menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) memahami bahasa
Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan,
(4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatajan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya
sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan sastra
Indonesia sebagai khasanah budaya intelektual manusia Indonesia (Permen No. 22
Tahun 2006).
Pengajaran bahasa Indonesia dijalankan melalui pendekatan
komunikatif, pendekatan tematis, dan pendekatan terpadu. Pendekatan komunikatif
mengisyaratkan agar pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar
diorientasikan pada penguasaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi (bukan
pembekalan pengetahuan kebahasaan saja). Pendekatan tematis menyarankan agar
pembelajaran bahasa diikat oleh tema-tema yang dekat dengan kehidupan siswa,
yang digunakan sebagai sarana berlatih membaca, mendengarkan, menulis, dan
berbicara. Pendekatan terpadu menyarankan agar pembelajaran bahasa Indonesia
didasarkan pada wawasan Whole Language, yaitu satu pendekatan pengajaran bahasa
yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky,
Froese, Goodman, dan Weaver (dalam Puji Santosa, dkk, 2011: 2.3)). Dengan
konsep itu, dalam jangka panjang, target penguasaan kemahirwacanaan itu bisa
tercapai.
Prinsip yang mendasari guru mengajarkan bahasa Indonesia
sebagai sebuah keterampilan, antara lain pengintegrasian antara bentuk dan
makna, penekanan pada kemampuan berbahasa praktis, dan interaksi yang produktif
antara guru dengan siswa. Prinsip pertama menyarankan agar pengetahuan dan
keterampilan berbahasa yang diperoleh, berguna dalam komunikasi sehari-hari (meaningful). Dengan kata lain, agar
dihindari penyajian materi (khususnya kebahasaan) yang tidak bermanfaat dalam
komunikasi sehari-hari, misalnya, pengetahuan tata bahasa bahasa Indonesia yang
sangat linguistis. Prinsip kedua menekankan bahwa melalui pembelajaran bahasa
Indonesia, siswa diharapkan mampu menangkap ide yang diungkapkan dalam bahasa
Indonesia, baik lisan maupun tulis, serta mampu mengungkapkan gagasan dalam
bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Penilaian hanya sebagai
sarana pembelajaran bahasa, bukan sebagai tujuan. Sedangkan prinsip ketiga
mengharapkan agar di kelas bahasa tercipta masyarakat pemakai bahasa Indonesia
yang produktif. Tidak ada peran guru yang dominan. Guru diharapkan sebagai
‘pemicu’ kegiatan berbahasa lisan dan tulis. Peran guru sebagai orang yang tahu
atau pemberi informasi pengetahuan bahasa Indonesia agar dihindari.
Kegiatan berbahasa merupakan salah satu bagian penting
dari kehidupan manusia. Siswa di sekolah dasar wajib mempelajarinya, baik yang
bersifat reseptif maupun produktif. Ketrampilan berbahasa mencakup empat komponen,
yakni (1) ketrampilan menyimak (listening
skills), (2) ketrampilan berbicara (speaking
skills), (3) ketrampilan membaca (reading
skills), dan (4) ketrampilan menulis (writing
skills) (Nida, Harris dan Tarigan (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008: 1)).
Muhana Gipayana (2011: 2) menyatakan bahwa tujuan aspek
mendengarkan dan membaca adalah sama-sama untuk memahami. Aspek mendengarkan
bertujuan memahami wacana lisan dan aspek membaca bertujuan memahami wacana
tilis. Sifatnya aktif reseptif, artinya bersifat menerima secara aktif.
Sedangkan tujuan aspek berbicara dan menulis sama-sama untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi. Aspek berbicara untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi secara lisan dan aspek menulis secara tulis. Dalam era modern, penguasaan bahasa tulis
sangat diperlukan, namun pada kenyataannya ketrampilan menulis siswa di sekolah
masih sangat kurang mendapatkan perhatian. Sedangkan sebagian besar
keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar disekolah banyak
ditentukan melalui kegiatan menulis. Oleh karena itu kemampuan menulis dirasa
sangat penting bagi siswa, khususnya siswa sekolah dasar.
Menulis adalah rangkaian proses berpikir. Proses
berpikir berkaitan erat dengan kegiatan penalaran. Penalaran yang baik dapat
menghasilkan tulisan yang baik pula. Menulis dapat didefinisikan sebagai
suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat atau mediumnya (Suparno dan Mohammad Yunus, 2008: 1.3). Salah satu
kegiatan menulis yang harus digalakkan bagi siswa SD yaitu
menulis karya sastra, khususnya puisi. St. Y.
Slamet (2008: 97) berpendapat bahwa “menulis itu bukan hanya berupa melahirkan
pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide,
pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh
karena itu menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu
dipelajari, tetapi justru dikuasai”.
Rachmad Djoko Pradopo (2006: 3)
mengemukakan bahwa puisi sebagai sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macan
aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi
itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana
kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji dari jenis-jenis atau ragam-ragamnya,
mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga, puisi dapat dikaji dari
sudut kesejarahannya, dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan selalu
dibaca orang. Sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan, perkembangan.
Puisi
itu karya estetis dan bermakna. Hal-hal yang akan dikemukakan dalam puisi itu
dapat dicari melalui pemikiran atau pengamatan. Secara mudah, misalnya kita
akan menulis puisi yang berhubungan tentang obyek yang ada dalam alam sekitar.
Kita cukup melakukan pengamatan terhadap obyek yang akan dijadikan puisi,
misalnya bunga. Dan dari hasil pengamatan itulah kemudian dipilih lalu
ditentukan mana-mana yang akan diungkapkan dalam puisi.
Pembelajaran menulis puisi di SD sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
bertujuan meningkatkan keterampilan murid dalam berbahasa secara tepat dan
kreatif, meningkatkan kemampuan berpikir logis dan bernalar, serta meningkatkan
kepekaan perasaan dan kemampuan murid untuk memahami dan menikmati karya
sastra. Selain itu, pembelajaran menulis puisi dimaksudkan agar murid terdidik
menjadi manusia yang berkepribadian, sopan, dan beradab, berbudi pekerti yang
halus, memiliki rasa kemanusiaan, berkepedulian sosial, memiliki apresiasi
budaya dan penyaluran gagasan, berimajinasi, berekspresi secara kreatif baik
secara lisan maupuan tertulis. Pembelajaran menulis puisi juga dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan murid dalam menikmati menghayati, dan memahami
karya puisi.
Menulis puisi sebagai salah satu aspek yang diharapkan
dikuasai murid dalam pembelajaran,
menekankan pada kemampuan mengekspresikan dalam bentuk sastra tulis yang
kreatif dan dapat membangkitkan semangat, pikiran, dan jiwa pembaca. Dengan
demikian, pembaca dapat memperoleh hikmah berdasarkan puisi yang dibaca.
Pembelajaran sastra (khususnya puisi) bertujuan untuk
meningkatkan daya apresiasi siswa agar timbul rasa penghayatan terhadap
nilai-nilai seni yang dikandung dalam karya tersebut. Nilai-nilai inilah yang
nantinya dapat membentuk kehalusan budi seorang siswa. Dengan begitu setiap
anak yang belajar sastra (khususnya puisi) akan memiliki rasa keindahan
(estetik) yang memadai (Djago Tarigan, 2002: 10.42). Pembelajaran menulis puisi dapat membantu murid
untuk mengekspresikan
gagasan, perasaan, dan pengalamannya. Dengan melatih murid menulis puisi,
seorang guru dapat membantu murid mencurahkan isi batinnya, ide, dan
pengalamannya melalui bahasa yang indah.
Keterampilan menulis puisi dirasa perlu ditanamkan
kepada siswa di sekolah dasar, sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk
mengapresiasikan puisi dengan baik. Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya
ditunjukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, salah satunya juga berpengaruh
mempertajam kepekaan batin atau sosia (Puji Santosa, dkk., 2011: 8.33).
Kemampuan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor penting dalam proses
pembelajaran menulis puisi. Selain penerapan model, metode dan media yang tepat
juga yang sangat menentukan adalah peranan guru dalam proses pembelajaran
terhadap siswa.
Harapan
yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran
yang disampaikan guru khusunya dalam menulis puisi ini dapat dikuasai anak
didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh
guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan
segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar
belakang yang berbeda. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena
masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan
pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi,
karena usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar.
Untuk mengatasi masalah inilah dalam kegiatan belajar menulis
puisi guru memerlukan suatu alat sebagai media untuk mentransfer ilmu
pengetahuan agar pembelajaran yang diterima siswa lebih bermakna, alat inilah
yang biasa disebut sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen
pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar.
Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian
guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mempelajari
bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Dalam
pembuatan ataupun pemilihan media pembelajaran biasanya guru sering mengalami
berbagai kendala seperti kurangnya waktu dalam mempersiapkan membuat media,
kesulitan memperoleh bahan, atau terbatasnya pilhan media yang disediakan
sehingga guru enggan menggunakan media untuk menyampaikan materi. Terpaksa
mereka hanya mengandalkan buku materi sebagai sumber utama dalam proses belajar
mengajar.
Berdasarkan hasil pengamatan tanggal 31 Januari 2013 di SDN
Sareng 02, dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN Sareng 02 masih
dijumpai beberapa kendala, terutama untuk menulis puisi. Kendala yang terkadang ditemui oleh murid dalam menulis
puisi antara lain, murid kesulitan menemukan ide, kesulitan menentukan
kata-kata dalam menulis puisi, kesulitan dalam memulai menulis, kesulitan
mengembangkan ide menjadi puisi karena minimnya penguasaan kosakata, dan kesulitan
menulis puisi karena tidak terbiasa mengemukakan perasaan, pemikiran,
imajinasinya, serta kurang mampu menghubungkan antara dunia khayal dengan dunia
nyata ke dalam puisi.
Adapun pelaksanaan pembelajaran kelompok juga dirasa
kurang efektif pada materi menulis puisi karena dalam pembelajaran siswa
cenderung ramai membicarakan hal-hal di luar konteks pembelajaran. Tugas
kelompok hanya didominasi oleh salah satu siswa saja. Siswa kurang memiliki
rasa tanggung jawab, kerjasama yang baik dengan siswa lain, rasa saling
percaya, saling menghargai dengan siswa lainnya dalam penyelesaian tugas
kelompok di kelas. Pembelajaran kelompok yang demikian, mengakibatkan siswa
kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Motivasi
siswa yang rendah membuat hasil belajar yang dicapai oleh siswa kurang optimal.
Siswa yang benar-benar paham dengan tugas kelompok hanya siswa yang mengerjakan
tugas saja. Nilai tugas akhir dan ulangan harian yang didapat siswa tidak
mencapai rata-rata yang disebabkan oleh kelemahan-kelemahan pembelajaran Bahasa
Indonesia khusunya pada materi menulis puisi tersebut.
Pada kesempatan kali ini peneliti mencoba memanfaatkan
hal yang paling mudah ditemui dan paling sederhana untuk dijadikan sebagai
media pembelajaran, yakni lingkungan alam sekitar. Lingkungan alam sekitar
memiliki potensi yang sangat baik untuk menjadi inspirasi dalam mebuat sebuah
karya puisi. Hanya dengan menentukan sebuah obyek di alam yg dilihat secara
langsung, siswa akan mendapatkan ide sekaligus tema untuk puisi yang akan
dibuat tanpa memerlukan waktu yang terlalu lama.
Sebelumnya
juga pernah dilakukan penelitian yang sama berupa PTK oleh Dwi Yunitasari
dengan judul ”Pemanfaatan Lingkungan Sekitar
Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menulis
Puisi Dengan Tema Lingkungan Kelas V Midu Pepelegi Waru Sidoarjo”. Berdasarkan hasil observasi di kelas V Midu Pepelegi Waru Sidoarjo, diketahui
bahwa banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), hanya
23 siswa dari 41 siswa. Dan 56% siswa mencapai KKM dan 44% siswa belum mencapai KKM. Padahal ketuntasan minimal (KKM) adalah
75% dari jumlah seluruh siswa dalam satu kelas tersebut harus tuntas belajar. Dengan menggunakan uji t signifikasi 5% db = N – 1 db = 41 −1 =
40, diperoleh t tabel 2,00 dan t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 8,83> 2,00, ini menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik setelah
memanfaatkan lingkungan sebagai media pada bidang studi Bahasa Indonesia.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas
serta penelitian bandingan yang menunjukkan adanya signifikansi, maka peneliti
ingin melakukan penelitian yang sama dengan judul ”Pengaruh Pemanfaatan Media Lingkungan Alam Sekitar Terhadap Kemampuan
Menulis Puisi Siswa Kelas V SDN Sareng 02 Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2012/2013”.
B. Batasan
Masalah
Bertolak
dari latar belakang masalah tersebut maka batasan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pemanfaatan media lingkungan
alam sekitar pada pembelajaran Bahasa Indonesia ini adalah lingkungan alam
disekitar sekolah, sehingga diharapkan mampu menginspirasi dan mempermudah
siswa dalam menentukan tema untuk menulis puisi
2. Kemampuan menulis puisi pada
pembelajaran Bahasa Indonesia ini ditekankan pada penulisan puisi kontemporer
yang memiliki gaya bahasa lebih bebas dan lebih ekspresif.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat menuliskan
rumusan masalah sebagai berikut:
“Adakah pengaruh
pemanfaatan media lingkungan alam sekitar terhadap kemampuan menulis puisi
siswa kelas V SDN Sareng 02, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Tahun Pelajaran
2012/2013?”
D. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media lingkungan alam sekitar terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas V
SDN Sareng 02, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, Tahun Pelajaran 2012/2013.
E. Kegunaan Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian dapat memberikan
manfaat atau kegunaan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat
atau kegunaan bagi peneliti maupun orang lain. Berikut beberapa manfaat yang
penulis kemukakan dalam penelitian ini:
1.
Bagi
siswa
Untuk
meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia serta kemampuan dalam menulis
puisi.
2.
Bagi guru
Penelitian ini dapat membantu dalam memilih media pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik materi pelajaran serta berguna untuk mengambil
kebijaksanaan khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
3.
Bagi sekolah
a. Sebagai bahan pertimbangan
sekolah dalam pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
siswa.
b.
Sebagai usaha meningkatkan standar kualitas pendidikan.
4.
Bagi peneliti
a.
Dapat memperoleh pengalaman langsung
dalam menerapkan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang
diajarkan.
b.
Dapat mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai dalam
pemecahan masalah.
c.
Dapat membantu siswa belajar dalam berpikir secara
sistematis dalam berbagai masalah yang dihadapi.
5.
Bagi peneliti lain
Dapat menambah
wawasan dan pengetahuan serta sebagai acuan dalam melakukan penelitian
sejenisnya dengan lingkup masalah yang lebih luas.
F.
Definisi
Operasional
- Media lingkungan alam
sekitar
Media
lingkungan alam sekitar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala
sesuatu yang ada di alam sekitar siswa berupa obyek nyata (tumbuhan, hewan,
ataupun benda mati) yang dapat diamati secara langsung serta dapat membantu
siswa dalam mempelajari materi yang diajarkan oleh guru khususnya dalam menulis
puisi sehingga siswa merasa lebih tertarik dan bersemangat untuk melaksanakan
proses pembelajaran.
2. Kemampuan
menulis puisi
Kemampuan
menulis puisi yang dimaksud disini yaitu kemampuan siswa untuk mengungkapkan
sebuah obyek alam yang diamati menjadi sebuah karya seni berupa puisi khususnya
puisi kontemporer yang sesuai dengan kaidah-kaidah penulisannya sehingga dapat
dinikmati oleh pembaca.